Mantan Menteri Prancis: Politik Prancis “Korup dan Penuh Kronisme”

Oleh: Henry Samuel
26 November 2013
Sumber: Telegraph

Mantan menteri lingkungan Prancis meninggalkan dunia politik, menyebut “terlalu banyak orang korup terpilih kembali” dan bahwa kronisme tersebar luas.

Dominique Voynet, anggota pendiri partai Hijau di Prancis, menyebut politik negara tersebut ‘korup dan penuh kronisme’.
Dominique Voynet, anggota pendiri partai Hijau di Prancis, menyebut politik negara tersebut ‘korup dan penuh kronisme’.

Bekas kandidat presiden partai Hijau dan eks menteri lingkungan Dominique Voynet mengundurkan diri. Dia mengklaim kronisme telah meracuni politik dan “begitu banyak orang korup terpilih kembali”.

Dominique Voynet, anggota pendiri partai Hijau di Prancis, menyatakan tidak akan maju kembali untuk pemilihan walikota daerah pinggiran Paris, Montreuil, karena dia tidak melihat ada perbedaan perlakuan antara “politisi yang menolak korupsi, kronisme, sektarianisme, dan enggan menjilat kepada kelompok kepentingan khusus” dan mereka yang memeluknya.

“Kehidupan politik harus berubah,” ungkapnya kepada radio France Inter. “Orang-orang mengaku mencela korupsi, tapi terlalu banyak politisi korup terpilih kembali; orang-orang mengaku mencela politisi yang mengumpulkan berbagai jabatan, tapi begitu banyak politisi terus berbuat demikian.”

Dua kali kandidat presiden dari Europe Ecology-The Greens ini telah memimpin Montreuil—benteng Kiri-Jauh sejak lama—dari tahun 2008 dan seharusnya maju tahun depan dalam pemilu kotamadya di mana kubu berkuasa Sosialis dan mitra-mitra koalisi Hijau mereka diprediksi menderita kekalahan besar secara nasional menurut jajak pendapat.

Berbicara kepada radio France Inter, dia berkata: “Saya ingin bilang berhenti, perhatian, peringatan kebakaran.”

“Saya menolak berkampanye dengan menjanjikan perumahan dan pekerjaan balai kota kepada segenap orang, sebagaimana dilakukan rival-rival saya selama berbulan-bulan; [saya menolak] berjanji kepada siapapun yang dijumpai di jalan bahwa permintaan mereka, bahkan yang sembarangan, akan ditempatkan di puncak tumpukan,” katanya.

“(Saya menolak) menjanjikan kenaikan subsidi tahunan kepada setiap pemimpin perhimpunan lokal yang tanpa malu mengemukakan pemilu mendatang.”

Ketika ditanya apakah dirinya bicara semata-mata tentang konstituensinya dan rival-rival sayap Kirinya, dia berkata: “Saya pikir di Montreuil sudah parah, tapi setelah bicara dengan para walikota lain saya mendapat kesan di tempat lain sama juga.”

“Ini panggilan bangun. Kita mencela sebuah sistem yang memberi makan pada populisme mutakhir dan yang memberi makan pada pemungutan suara untuk kaum ekstrim.”

Menurut sebuah survei Polling Vox pekan ini, sekitar 42% rakyat Prancis tidak mengesampingkan kemungkinan memilih partai Kanan-Jauh Front National dalam pemilu Maret mendatang.

Nona Voynet mengaku bangga menjadi satu-satunya politisi di Prancis yang terpilih sebagai walikota sebuah kota berpenduduk lebih dari 100.000 tanpa dukungan partai politik besar.

Harusnya dia kini bersaing dengan Razzy Hammadi, seorang Sosialis yang dibekingi Claude Bartolone, juru bicara National Assembly dan kepercayaan dekat presiden François Hollande.

Menyinggung Tn. Bartolone, dia mengungkap dirinya berhadapan dengan sebuah kampanye fitnah dari kaum Kiri karena “bandel menolak cium cincin godfather manapun”.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.